We Were Just Strangers

10:49 AM


We were just strangers.

Akui saja, kita sebenarnya tak saling asing. Wajah kita sudah saling mengisi memori satu sama lain. Tapi dasar, takdir belum memutuskan untuk mempertemukan kita berdua sebagai sosok yang ingin mengenal. Bagiku, kamu hanya tokoh yang tak penting untuk diingat namanya. Bagimu, aku hanya orang yang pernah sekali-dua kali lewat. Lagi pula, semua sudah terlalu jelas di awal. Kita jelas bukan dua insan yang punya benang merah. Tidak ada satu pun alasan untuk itu. Kita terlalu tak sama.

Until i chose you.

Sampai ada suatu fase, yang membuatmu tiba-tiba menjadi figurku. Hanya berawal dari latar suasana yang mendukung ketika beberapa kali kita bertemu. Ah, bukan bertemu. Maksudku, ketika kita saling lewat. Tak ada yang spesial, sebenarnya. Hanya saja, ada naluri yang membuatku harus mengingat sesuatu untuk melupa. Dari banyaknya 'saling lewat' itu, baiklah. Kuputuskan, kamu.

But you seemed so far.

Keputusan yang tidak dipikir matang-matang itu memang bukan yang terbaik. Bisa-bisanya aku memilih kamu, yang bahkan tak pernah kudengar mengucapkan satu kata pun. Dari awal aku tau kalau kamu tak tergapai. Kita terlalu jauh untuk dihubungkan satu sama lain. Terlalu tak kenal untuk sekedar melempar senyum ketika tak sengaja bertatapan di jalan. Aku tahu. Tapi biarlah. Kamu hanya pengisi kebutuhanku, kehausanku atas wajah baru. Aku tak perlu mengenalmu. Hanya cukup menyimpan namamu.

It was hopeless after all.

Until our eyes met.

Sampai dimana aku menemukanmu. Menemukan 'dirimu' yang selama ini tertutup oleh keegoisanku. Berawal kebetulan selalu mempertemukan kita di jalan yang sama. Ya, kebetulan-kebetulan yang lambat laun kujadikan sebagai kesengajaan. Kemustahilan yang selama ini kupegang teguh seakan menjadi bumerang, berbalik dan membisikkanku kalau tiada hal yang mustahil.

We might tied by fate.

Well, who knows?

You Might Also Like

0 komentar